Lewoleba, KilatNews Com- Selama in, anak-anak sekolah (TK dan SD) setiap hari harus jalan kaki kurang lebih 3 km dari dusun Redeng ke Dolu ( pusat pemerintah desa Dolulolong) Kecamatan Buyasuri ,. Anak-anak harus diantar oleh orang tua mereka karena jaraknya cukup jauh. Pada kunjungan Bupati Lembata Petrus Kanisius Tuaq dan tim asistensi pemberdayaan komunitas adat terpencil (KAT) Kementerian Sosial Ri, dan rombongan , Rabu (5/11/2025) berjalan kaki dari Redeng ke Dolu. Jalan kaki memakan waktu 45 menit dan Bupati Kanis Tuaq cape.
Kepala Desa
Dolulolong. Mukrim Molan dalam sambutannya saat tatap muka bupati, tim asistensi dari
Direktorat Pemberdayaan KAT Kemeneterian Sosial RI dengan masyarakat Dusun Redeng
menyampaikan soal kondisi jalan dari
Dusun Redeng ke Dolu dan juga kondisi jalan dari Hingalemengi ke Redeng. Ia
mengatakan masyarakat selama ini khususnya anak sekolah , setiap hari harus
jalan kaki ke sekolah yang ada di Dolu. Sementara lansia harus jalan kaki untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan di Dolu.
Kondisi
jalan yang sulit dilalui kendaraan roda dua
ini juga mempengarhui perekonomian masyarakat di Dusun Redeng.
Karena itu
ia minta kepada bupati Lembata untuk bisa membangun jalan dari
Hingalamengi-Redeng- Dolu.
Bupati Kanis
Tuaq, dalam sambutannya tidak menjawab secara langsung permintaan dari Kepala Desa
Dolulolong. Bupati dan tim dari Kemensos RI dan rombongan, usai acara tatap
muka dengan masyarakat Dusun Redeng,
berjalan kaki dari Redeng ke Dolu.
Jalan
bebatuan dan terjal dari Redeng ke Dolu
memakan waktu kurang lebih 45 menit. Bupati Kanis Tuaq ketika ditanya
KilatNews.Com mengatakan dirinya cape. “Cape” kata Kanis
menjawab media ini.
Kanis
mengatakan dengan melihat kondisi keuangan daerah, maka untuk ruas jalan dari
Redeng-Dolu akan dikerjakan namun hanya titik titik kritis saja. “Kita bangun
tahun depan tapi mungkin kita lihat
segmen-segmen kritis sehingga kendaraan bisa lewat”.
Sebagaimana
diberitakan media ini sebelumnya, anak-anak TK dan SD di Dusun Redeng, setiap hari
harus berjalan kaki sepanjang 3 KM. Mereka setiap hari dihantar oleh orang tua
mereka, karena jaraknya cukup jauh. Anak-anak ketika pulang sekolah, cape.
Orang tua mereka harus bangun jam 5 pagi, untuk menyiapkan sarapan pagi untuk
anak mereka, kemudian mereka mengantar anak mereka ke sekolah. Ada orang tua
yang memilih menunggu anak mereka sampai pulang sekolah , namun ada yang memilih untuk balik lagi ke rumah, dan siangnya baru orang tua jemput.
Sementara
para lansia harus jalan kaki untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan di Dolu, sekali sebulan. (*)


Berita Terkait
Bupati Kanis Tuaq : Membangun Lembata Dengan Kekuatan Kita Sendiri
Golkar Baku Gigit, Gewura : Jangan Ada Pilatus
Bupati Lembata Ziarah Ke Makam Mantan Wakil Bupati Felix Kobun
Lembata Hampir Tak Bernyawa, PAD Semakin Mundur, Ketergantungan Kepada Pempus 91 Persen .
Cetak Sawah 1 Hektar, Mewujudkan Lembata Yang Maju, Lestari dan Berdaya Saing
Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Bank NTT Cabang Lewoleba Luncurkan Produk UMKM Jagung Titi Baleo
Bupati Lembata: Diaspora Adalah Jembatan Pemasaran UMKM, Pangan, Dan Hasil Laut NTT
Golkar Lembata Merayakan Ulang Tahunnya DI Panti Asuhan Eugene Schmitz
Demam Berdarah Terus Bertambah, Pemerintah Bagi Kelambu dan Abate
Veronika Ose : Tantangan Terberat Saat Ini Krisis Panutan dan Lemahnya Etika Kaum Muda